FIVE DREAMS
Buah karya, Siti Indrianti Helwina
Mempunyai
impiandalam hidup, aku yakin semua orang mempunyai mimpinya
masing-masing. Sepertidiriku, yang mempunyai impian yang sangat ingin
terwujud. Aku menulis impiankudi sebuah buku khusus aku bercerita..
seperti buku diary. Buku diary sangatmembantuku dalam meluapkan segala
hal, kesal.. sedih.. galau.. marah dll.Sebuah diary menurutku adalah
sebuah sahabat sejati yang selalu mengerti akandiriku saat apapun dan
dimana pun aku berada.
“Diary.. apakah kamu
ingin tahuimpianku selama ini? Ya.. impian! Aku mempunyai impian dan
berharap semua akanterjadi” menulis didalam buku diary di koridor
sekolah. Dan ketika aku sedangmenulis diary sahabatku datang
menghampiriku “Hey Sindy, lagi ngapain sih.. seriusamat kayaknya? Bikin
surat cinta yaa.. hayoo ngaku!!” sambil ingin merebutdiaryku. “Apaansih
Kirana yang selalu kepo.. lagian ini juga bukan surat cintakali, ini
hanya buku biasa Kirana ku sayang” “Ohh buku biasa, yaudah ayok
kekelas.. betah amat sih disini!! Lagian bentar lagi juga bel” meraih
tangankuuntuk ke kelas.
Pulang sekolah tiba,
aku sudah dapatpesan dari mamah katanya aku harus segera pulang. Seperti
biasa aku harus cekup kesehatan ke dokter. Sebenarnya aku sudah letih
dengan kegiatan hari ini,tetapi tugas dari sekolah cukup banyak yang
harus aku kerjakan dirumah, mau takmau aku harus mengerjakannya. Jika
aku mengantuk ketika mengerjakannya terpaksaaku kerjakan di sekolah,
jadi pagi buta aku harus cepat berangkat ke sekolahuntuk mengerjakan PR.
Itulah kebiasaan siswa dan siswi SMA setiap pagi.
Pagi pun tiba, aku bergegas pergi kesekolah, apalagi semalam aku
ketiduran untuk menyelesaikan PR untuk hari ini.Aku terburu-buru
sampai-sampai aku tidak membawa obat-obatanku yang harus diminum. Ketika
istirahat pertama aku mulai merasa pusing di kepala, aku puningin
mengambil obat di tasku “Astagfiruallah.. gue nggak bawa tuh obat
lagi,ya allah kuatkan hambamu ini!!” berbicara didalam hati.
Aku
pun mencoba bertahan menahan rasa sakit dikepalaku. Sampai istirahat
kedua pun kepala ku masih merasakan sakit yangsangat sangat sakit. Tanpa
tersadari aku mengeluarkan darah dari hidung(mimisan) ketika menahan
rasa sakitnya.
Rangga seorang pria yang aku
kagumisejak pertama kali menginjakan sekolah ini, tiba-tiba menegorku
“Sin, itu idunglo keluar darah? Lo sakit? Gue anterin ke UKS yaa!”
berbicara padaku. “Hah? e..e.. ini gapapa kok, paling gue hanya kecapean
aja yekan, gue nggak sakit kokjadi nggak perlu di bawa ke UKS” jawabku
gugup. “Udeh gapape, sini gue anteryee ke UKS” Rangga membujukku. “Ih
bisa dibilangin nggak sih? Gue nggak sakit!!Ngerti!!” bentakku kepadanya
dan aku pun berlari untuk ke kamar mandimembersihkan darah di hidungku.
Aku di kamar mandi membersihkan darah yang keluardari hidungku.
Ketikaaku
pulang sekolah, aku sempatkan untuk meminta maaf kepada Rangga,
walaupunkepalaku masih teramat sakit. Aku pun menghampiri Rangga yang
sedangmendengarkan musik “Gue minta maaf sama sikap gue tadi sama lo”
“Hah? iyagapapa kali, gue yang salah , gue tadi terlalu memaksakan
kehendak” aku punhanya membalas dengan senyuman belaka dan ingin segera
pergi “Eh tunggu Sin,emang lo sakit apaan?” meraih tanganku “Lo nggak
perlu tau!” jawabku singkat.Aku pun bergegas pergi menjauh dari Rangga,
air mataku mengalir dengansendirinya ketika aku sedang berjalan.
Aku menunggu di halte sekolah,karena sekarang aku sudah di antar jemput
oleh orang tuaku. Ketika aku sedangmenunggu di halte sekolah hidungku
mengeluarkan darah lagi tanpa tersadari yangmenodai rokku
“astagfiruallahalazim, keluar darah lagi, yang jemput kemanasih.. udah
nggak bisa ketahan lagi ini” dengan nada penuh kesakitan. 10 menitpun
berlalu akhirnya supir yang di suruh untuk menjemputku datang dan
segeramembawaku ke dokter. Setelah dari dokter aku pulang kerumah dan
beristirahattotal.
Memasuki kamar dan tentu
yang akucari hanyalah satu yaitu buku diary si sahabat sejatiku.
“Mencintai orang yangbelum tentu mencintai kembali adalah hal yang
lumayan menyakitkan, apalagisudah ada kepastian untuk tidak akan bersama
di kelak nanti merupakan mimpiburuk di siang bolong, aku hanya bisa
berharap.. berharap dan berharap akansebuah keajaiban”.
Besok waktunya untuk sekolahkembali, bertemu para sahabat dan bertemu
pria idaman yang di cinta yaituRangga. Betapa bahagianya membayangkan
yang indah untuk hari esok. Siapa sihyang tidak mengidamkan pria yang
terkenal, bersifat humoris, rajin beribadahdan pandai di sekolah, tak
usah di tanyakan sudah pasti semua wanita pasti mengidamkansosok pria
yang seperti ini.. yaa seperti halnya aku kepada Rangga.
Hari esok yang di tunggu-tunggu puntiba. Berangkat sekolah dengan mobil
pribadi mungkin impian dan keinginan semuaorang, tapi tidak pada diriku
yang sangat menginginkan suasana baru tidak hanyadi mobil pribadi saja
yaitu di angkutan umum, rasanya ingin sekali menaikiangkutan umum, tapi
ketika aku melihat keaadaanku sekarang rasanya tak mungkinuntuk menuruti
kemauanku itu. Sekarang aku hanya mensyukuri nikmat yang diberikan
Tuhan selama ini untukku.
“Don’t waste another
day.. don’twaste another minute.. I cant wait to see your face.. just
to show you how muchI’m in it.. so open up your heart.. help me
understand.. please tell me who youare.. so I can show you who I am..”
mendengarkan musik sambil bernyanyi-nyanyidi koridor sekolah untuk
berjalan menuju ke kelas. Duduk sendiri dan dibelakang itulah tempat
dudukku di kelas. Dan ternyata kesendirianku duduk dikelas sudah
berakhir masanya, Rangga ingin duduk bersamaku entah apa
alasannyamengapa dia mau duduk denganku aku tidak terlalu
memperdulikannya. “Sin, gueboleh duduk di sini kan?” Rangga bertanya
padaku, “(menoleh) duduk aja kali Ngga, lagian kan gue darikapan tau
sendiri.. jadi bebas aja siapa yang mau duduk di sini” Sautkumenjawab
pertanyaan Rangga. Ketika pelajaran sedang berlangsung aku pun
mencobaberbicara kepada Rangga dan ingin secepatnya akrab olehnya.
“Ngga? Lo kenapamau duduk di samping gue? Padahal setau gue kan elo
gamau yang namanya duduk dipaling belakang!” Ujarku kepada Rangga.
“Yaa.. gapapa sih sebenernya, pengenngerasain aja yang namanya duduk di
belakang, lagi pula duduk dimana aja samakok menurut gue gaada bedanya
sama sekali” Jawabnya padaku.
Pulang sekolah
pun tiba, sangkingerogi dan nervous nya duduk bersama Rangga,
sampai-sampai sahabat sejatikuyaitu buku diary tertinggal di meja tempat
dudukku, dan aku pun takmenyadarinya sama sekali. Rangga pun sebelum
balik sekolah dia teringgat bahwahandphone nya teringgal di kolong meja,
dia pun kembali lagi ke kelas untukmengambilnya. Ketika mengambil
handphonenya, Rangga menemukan buku diary “Loh!!Kan ini buku diarynya
Sindy, baca nggak yah? Emm.. baca aja deh, daripadapenasaran..”. Rangga
pun membaca buku diary Sindy. “Diary.. apakah kamu ingintahu impianku
selama ini? Ya.. impian! Aku mempunyai impian dan berharap semuaakan
terjadi sebelum ajalku menjemput, mempunyai penyakit yang sangat
mematikanmemang sungguh menyiksa batin dan pikiran, tetapi aku mencoba
untuk tegar dalammenghadapi semua masalah yang di hadapi. Berbicara
tentang diary.. kamu taunggak sih arti impian itu apa? Impian itu sebuah
hal yang mungkin bisaterjadi.. dan mungkin tidak bisa terjadi karena
suatu hal.. impian? Semua orangpasti mempunyainya termasuk juga aku..
aku mempunyai 5 impian yang pertamayaitu have fun bersama Rangga dan
sahabat-sahabatku seharian memang ini suatuimpian yang konyol, tetapi
aku ingin sekali merasakannya, yang kedua yaitumendapat kado spesial
yang di buat khusus untukku.. memang impian ini suatupemaksaan.. tetapi
namanya juga impian terserah yang bermimpi dong.. yang ketigayaitu
mempunyai bintang dan bulan sendiri jadi setiap aku ingin melihat
bulandan bintang walaupun di siang hari pun aku tetap bisa melihatnya,
yang keempatadalah berfoto berdua dengan Rangga sebagai kenang-kenangan
terindah di dalamhidupku, dan yang kelima yaitu duduk di bukit bersama
Rangga hanya berdua takada yang lain sambil melihat matahari terbenam
dan di tiup oleh semilir angin”
Aku pun
teringat dengan buku diaryku“Astagfiruallah, buku diaryku.. ini pasti
ketinggalan di meja kelas.. pasti!!Mudah-mudahan gaada yang baca deh tuh
buku” dengan muka yang cukup panik. Akupun bergegas untuk kembali ke
kelas, dan ternyata aku melihat Rangga sedangmembaca buku diaryku. Dan
sehentak aku pun kaget, takut dan tak bisaberkata-kata lagi, lalu aku
berteriak sangkin kesalnya karena buku diarykudibaca oleh Rangga.
“Rangga? Elo ngapain baca buku diary gue? Ini pribadi nggakseharusnya
elo lancang kayak gini, lo punya sopan santun nggak sih? Punya
etikanggak sih? Hah?!” dengan nada penuh emosi. “e.. e,, sumpah gue
nggak ngebacanyakok, gue juga baru buka doang belom sempet baca kok,
beneran deh! Maap gue udehlancang sama lo..” dengan nada penuh gugup.
“Lo bisa nggak sih? Ngejagaperasaan orang sedikit aja, gimana sih
rasanya kalo sebuah rahasia yang dipendam terus di ketahui sama orang
lain, lo aturan tuh ngerti!” membentakRangga. “Yaudah, gue nggak
bermaksud sama sekali sin, gue minta maap” ujarnyakepadaku.
Ketika aku sedang bertengkar denganRangga kepalaku terasa sangat berat
dan sakit seperti mau pecah, dan tiba-tibaaku tergeletak pingsan di
hadapan Rangga. Rangga pun langsung bergegasmembawaku kerumah sakit
dekat sekolah.
“Sebenarnya penyakit yang di derita Sindy
apaYa Allah? Sungguh aku sangat khawatir akan keadaannya, dan
sempatkanlah akumemberi tahunya Ya Allah!” berbicara didalam hati.
Dokter yang menanganiku punkeluar menemui Rangga, “Bagaimana keadaannya
dok? Dan sebenarnya dia sakitapa?” Rangga bertanya kepada dokternya.
“Sekarang stamina tubuhnya sangat dropsekali, dia tidak boleh terlalu
emosi dan memikirkan hal yang berat-berat,sakit yang di derita oleh
teman adik itu adalah kanker otak stadium lanjut”penjelasan dokter. “Apa
dok? Apakah seperah itu? Memangnya dia sudah stadiumberapa dok?” tanya
Rangga kepada dokter. “Penyakit ini cukup parah, kalau diperkirakan dari
kondisinya sekarang dia sudah mau stadium akhir yaitu stadium4”
penjelasan dokter kepada Rangga. “kalo boleh saya bertanya lagi, umur
diaapakah akan lama dok?” “Umur? Memang umur hanya Tuhan yang
mengetahuinya, kalodari prediksi dokter umur dia tak lama lagi, dia bisa
bertahan paling hanyaseminggu atau sebulan paling lama, lebih baik kamu
temani dia.. sekarang diasudah terbangun” “Baik dok!”.
Ranggapun
menghampiriku yang baru tersadar dari pingsan. “Makasih udah ngebawa
guekesini” perkataanku kepada Rangga. “Gausah sungkan kali sama gue,
kayak samasiapa aja lo Sin” “Gue juga minta maaf atas sikap gue tadi
sama lo” “Udah itugausah di pikirin lagi mending lo istirahat yang cukup
dan gausah terlalucapek” ujarnya kepadaku. Aku hanya membalas dengan
senyuman manis untuknya.
Aku pun di antar
pulang oleh Rangga.Di perjalanan sempat aku berpikir dan berkata di
dalam hati “Sebenernya Ranggaini kenapa? Tumben banget perhatian sama
gue! Biasanya kan super cuek abis,yaudahlah syukuri aja apa yang ada”
perkataanku didalam hati. Tiba-tiba Ranggamenegurku saat di motor “Kok
lo diem aja sih? Lagi mikirin gue ya!” tanyanyapadaku. “Hah? mikirin
elo.. kurang kerjaan banget gue mikirin elo Ngga, guediem juga karna gue
lagi merhatiin jalanan” “Jalanan kok di perhatiin,mendingan merhatiin
gue yekan hahaha” “Isshhh ogah ajalah yaa” ujarkumembalasnya. Sebenarnya
aku cukup gerogi dan shock atas perkataan Rangga tadi,tetapi aku harus
menutupi semua sikap yang menunjukkan bahwa aku suka padanya.
Sampailah dirumah aku kira Ranggatidak ingin berbincang denganku
setelah ini, ternyata eh ternyata dia menyempatkanuntuk berbincang
sebentar denganku,rasanya bagaikan surga dunia banget. “Oh iya.. kan
kita seminggu libur nih,gimana kita ngabisin waktu liburan ini?”
Tanyanya kepadaku. “Wah!! Boleh jugatuh, kayaknya bakal seru. Emang kita
mau kemana dan sama siapa aja Ngga?”Jawabku kepada Rangga. “Udah… semua
biar gue yang ngatur, tapi lo harus janjidulu sama gue” “Janji? Janji
apa?” “Yaa.. janji kalo nanti pas kita liburangaboleh sakit, jadi elo
harus bener-bener jaga kesehatan”
“Hmm insyaallah,doain
aja. Jika Allah mengizinkan semua akan mudah” “Oke gue pulang dulu
ye,jangan lupa jaga kesehatan” “Iya pasti Ngga, makasih juga udah mau
nganterindan hmm hati-hati dijalan” “Assallamuallaikum”
“Waallaikumsalam”.
Seperti biasa aku langsung
masuk kekamar dan bertemu dengan buku diary kesayanganku. “Senangnya
hari ini bisadapat semua yang aku inginkan selama ini, yaa tentu saja
tetap Impianku yangbelum tercapai semoga saja sebelum ajalku menjemput
aku sudah bisa merasakansemua impianku.. amin..” Menulis buku diary.
“Kenapa gue jadi gasabar untukliburan yaa?” Menatap kaca dan
tersenyum-senyum sendiri. Menghelahkan napassambil berbaring di tempat
tidur.. “Jadi ini yang dinamakan bahagia? Ya Allahaku ingin merasakannya
selalu” berbicara sambil tersenyum.
Tepatpada
hari ini liburan yang di janjikan oleh Rangga kepadaku pun tiba.
Tepatpukul 06.00 pagi, jam segini saja aku sudah siap untuk berangkat
padahalrencana pergi kali ini berangkat pukul 08.00 pagi, senangnya
dalam hati.. andaisaat-saat seperti ini setiap hari terjadi, yaa..
seperti biasa hanya bisaberandai-andai saja.
Jarum jam menunjukkan pukul 08.00waktu yang telah ditunggu-tunggu sejak
tadi pun tiba tanpa terasa.“triiinggg..” bel rumah berbunyi dengan
kencang. “Sindy.. Rangga sudah datingtuh sayang” mamah memberitahuku
dari kejauhan. “Iya siap mah, aku segeraturun!! Tunggu sebentar..”
balasku. Aku segera turun dan menghampiri Ranggayang sudah menunggu di
depan rumah. “Lama yah nunggu nya?” tanyaku kepadaRangga. “Nggak terlalu
sih, udah siap?” balasnya padaku. “siap boss!!..” “udahbawa obat-obatan
kan?” tanyanya sambil menyindir manis padaku. “udah dong..yaudah ayok
kita berangkat!”.
Didalam mobil,
akuberbincang-bincang dengan Rangga dan membicarakan banyak hal.. aku
pun bingungmengapa banyak pembicaraan yang muncul di otakku saat
berbincang-bincang denganRangga, mungkin karena aku sangat menikmati
perbincangan ini. Kita berjalanmenuju ke rumah teman-temanku untuk
menjemput mereka agar ikut dalam liburankali ini. Aku pun sempat
bertanya-tanya “mau kemanakah ini?” Tanya kecilkudidalam hati.
Pertanyaanku didalam hati sejak tadi akhirnya terjawab juga,akhirnya aku
mengetahui kemana tujuan liburanku kali ini. Aku, Rangga
danteman-temanku akhirnya sampai di perbukitan Sentul. Sempat terlitas
di otakku“Bukit? Apakah dia sudah membaca isi buku diaryku? Entahlah..”.
Aku dan yang lain sangat menikmatiliburan ini, kami sangatlah bahagia
saat ini. Aku yakin bukan hanya aku yangmerasakan perasaan yang sangat
bahagia ini mereka pun aku yakin juga merasakanhal yang sama denganku
saat ini.
Aku diajak oleh Ranggaberjalan-jalan
mengelilingi perbukitan, dia hanya mengajak hanya aku seorang.Tersilat
di otakku kembali “Jalan berdua di perbukitan? Apakah dia
benar-benarsudah membaca semua isi diaryku? Apakah dia ingin mewujudkan
semua impianku?Apakah mungkin? Apakah ini semua hanya khayalan semata?”
bertanya-tanya danselalu bertanya-tanya akan hal ini.
“Gapapa kan kalo kita duduk di siniaja?” Rangga melontarkan pertanyaan
kepadaku. “Yaelah.. selow aja kali sama gueNgga.. kayak sama siapa aja
deh..” jawabku padanya. Kita pun berbincang-bincangdi atas perbukitan
untuk menunggu matahari terbenam. “Lo tau nggak sih Ngga,menunggu
matahari terbenam adalah salah satu impian gue selama ini?”
jelaskukepadanya. “Semua pasti mempunyai impian kok Sin, bukan hanya lo
aja yangmempunyai impian di dalam hidupnya.. setiap orang pasti
mempunyai impiannyamasing-masing Sin, contohnya gue..” jawabnya
kepadaku. “emang impian lo apaanNgga?” Tanyaku dengan penuh penasaran.
“Lo beneran mau tau Sin?” tanyanya lagikepadaku. Aku hanya membalas
dengan menganggukan kepala dengan begitu cepat.Seketika Rangga memegang
tanganku dan menyuruhku agar menghadap ke arahnya dandia pun mengatakan
“Impian gue adalah memilikin seseorang yang sangat gueharapkan sejak
lama, yaitu milikin lo Sin.. gue selama ini kasih perhatian kelo, bukan
berniat yang bukan-bukan seperti apa yang lo pikirin, jujur.. guesayang
banget sama lo Sin.. gue jatuh cinta sama lo udah lama, lo mau
membuatgue bahagia?”. Sehentak aku tercengang dan merasa tidak percaya
akan kenyataanyang ada. Seketika aku langsung memeluk Rangga dan
mengatakan “Aku jugamencintaimu Ngga, sangat mencintaimu.. tetapi aku
yakin bahwa aku tidak mungkinmenemanimu selamanya dan jangka waktu yang
lama.. aku takut kamu kecewa akanhal ini Ngga..” Sambil menangis
tersedu-sedu. “sudah.. sudah.. Sindy.. akunggak mau kamu jadi nangis
kayak gini..” sambil menghapus air mataku. “Lihatitu Rangga, Matahari
terbenam” dan seketika aku pingsan.
“Sindy…
Sindy!!” Rangga meneriakannamaku dan mencoba membangunkanku. Rangga
menggendongku sampai ke mobil dansemua teman-temanku bertanya-tanya
tentang keadaanku saat ini.
Rangga danteman-temanku membawaku
langsung kembali ke Jakarta untuk mendapat penanganansegera. Saat di
perjalanan aku memuntahkan busa putih yang begitu banyak.
“Kirana lo yang bawa mobil, Sindybiar gue yang tanganin!” tolongnya
kepada Kirana. “Astagfiruallah.. Sindy..bertahan Sindy bertahan..”
Rangga sambil meneteskan air matanya. “Bangun dongsayang .. bangun..
kamu pasti akan baik sayang pasti.. kamu harus bisabertahan.. harus.. “
Rangga mencium kening Sindy yang sudah tak berdaya lagi.
Rangga menelpon orang tua ku agarsegera ke rumah sakit yang sedang di
tuju. Rangga teramat panik akan kondisikusaat ini. Seketika aku
menghelakan napas dan terbangun dari pingsan, “Ranggakok nangis? Rangga
kan cowok nggak boleh nangis, Rangga harus jadi cowok yangkuat.. nggak
boleh nangis kayak gini.. Rangga janji sama Sindy, nggak bolehnangis
dalam mengatasi masalah apapun selagi masih bisa teratasi..”
jelaskukepadanya. “iya Rangga janji sama Sindy, tapi Sindy harus janji
sama Ranggaharus kuat dalam perjalanan ini yah sayang.. yah..” aku hanya
membalas dengananggukan pelan dan senyuman untuknya. “Aku sayang kamu
Rangga” seketika akuberbicara seperti ini kepada Rangga. “Aku lebih
sayang sama kamu Sindy,bertahan ya sayang.. kamu harus kuat!!”.
Akhirnyasampailah
di rumah sakit yang biasa untuk penangananku bila sakitku kambuh. Saat
itu aku sudah tidak berdaya lagi. Ranggamenggendongku masuk kedalam
rumah sakit tersebut.
Pada saat setengahperjalanan Tuhan
berkata lain, aku pergi meninggalkan dunia yang fana inidengan sebuah
kata “Aku akan selalu merindukanmu, salam untuk mamahku danterimakasih
atas segala nya Ngga” Dunia pun menjadi terang benderang yang kulihat
hanyalah cahaya di sekitar. Sesampainya di ruang UGD, Rangga
membawakudalam keaadaan aku sudah tak bernyawa lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar