Analisis
Novel Tahun 1975
HARIMAU!
HARIMAU!
Nama
Kelompok :
1. Siti
Indrianti H (1A514357)
2. Shafa
Aisya (1A514182)
3. Annette
Jessica (11514343)
4.
Jolian M. Hadjoh (11514692)
Judul : Harimau! Harimau!
Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Pustaka Jaya
1.
Sipnosis
Di sebuah hutan yang luas, Pak Haji, Wak Katok, Pak Balam
dan yang muda-muda antara mereka bertujuh Sutan, Talib, Sanib serta Buyung. Wak
Katok adalah orang yang disegani sebagai pemimpin karena dipercaya jago
silat dan memiliki ilmu gaib. Dengan rombongan tujuh orang, mereka merasa lebih
aman dan lebih dapat membantu.
Mereka semua berkelakuan baik di kampungnya. Pak Haji di hormati
orang di kampung, karena umur dan hajinya. Sementara Wak Katok selalu membawa
senapan tua, itu untuk berburu atau menjaga diri dan Buyung bangga dengan
kepandaiannya menembakkan senapan lantak. Buyung selalu berharap akan diberi
ilmu untuk memikat wanita pujaannya, tetapi Wak Katok belum memberinya, padahal
Buyung ingin gadis pujaanya segera menjadi miliknya yaitu Zaitun.
Mereka beruntung, karena tidak berapa jauh dari hutan damar, ada sebuah
pondok kepunyaan Wak Hitam. Di sinilah mereka selalu bermalam. Wak hitam lebih
memilih tinggal di hutan bersama istrinya yaitu Siti Rubiyah, orangnya masih
muda dan cantik. Wak Katok mengakui Wak Hitam sebagai gurunya. Sementara Sutan,
Talib, Sanip dan Buyung takut padanya. Tetapi mereka suka pada Siti
Rubiyah. Jika Buyung tidak tergila-gila pada Zaitun, maka dia akan mudah
jatuh cinta padanya. Wak Hitam sering sakit-sakit dan lebih banyak tinggal di
kamarnya saja. Ini menjadi kesempatan bagi Wak Katok untuk mengganggu
Siti Rubiyah.
Para pencari damar itu sudah hampir dua minggu di hutan dan lusa mereka akan
pulang dengan damar yang banyak, tetapi tidak semua damar mereka bawa pulang.
sebagian dititipkan pada Wak Hitam. Suatu hari Buyung melihat Siti
Rubiyah di sungai dan Buyung menghampirinya. Berawal dari pertemuan ini Buyung
mulai merasa ada yang berbeda antara dia dan Siti Rubiyah lebih lagi ketika
Siti Rubiyah menceritakan tentang ia yang dipaksa kawin serta pengalaman
pahitnya selama menjadi istri Wak Katok.
Hari itu semua bangun subuh karena akan segera pulang ke
kampung. Buyung merasa agak berat dalam hatinya. Dia teringat dan kasihan
kepada Siti Rubiyah. Mereka berpamitan pulang. Setelah hampir setengah jam
perjalanan Buyung memutuskan untuk kembali lagi ke ladang Wak Hitam untuk
melihat jebakan kancilnya. Buyung berhasil mendapatkan anak kancil, kemudian ia
pergi ke sungai untuk memberi minum kancil tersebut. tidak disangka ternyata
Buyung bertemu dengan Siti Rubiyah. mereka mengobrol asyik dan kembali Siti
Rubiyah menceritakan aksi biadab Wak Hitam kepadanya. Buyung yang tidak tega
memeluk Siti Robiyah, tapi mereka terbawa nafsu yang mengakibatkan hubungan
terlarang.Buyung pun menyusul teman-temannya dan kancil itu diberikannya kepada
Siti Rubiyah. Setelah bertemu, mereka memutuskan untuk berburu rusa dan
beruntung karena Buyung berhasil menembak seekor rusa jantan. Mereka mendengar
auman harimau untuk pertama kalinya, ketika mereka telah tiba membawa rusa di
tempat bermalam dan rusa telah digantungkan kepada sebuah cabang pohon yang
kuat, dan Wak Katok baru saja selesai mengulitinya. Mereka semua takut dan
terdiam, namun hanya sebentar karena tidak lagi mendenga auman harimau.
Nasib Pak Balam kurang baik, ia diterkam harimau dan dibawa lari jauh ke dalam
hutan. Pak Balam ditemukan dalam keadaan parah. Pak Balam meminta
teman-temannya untuk jujur mengakui dosa-dosanya karena harimau itu dikirim
Tuhan untuk menghukum. Kemudian Pak Balam menceritakan semua dosa-dosanya yang
dilakukan bersama Wak katok sewaktu perang melawan Belanda. Wak Katok duduk dan
air mukanya kaku. Buyung pun jadi teringat dosa yang baru saja ia lakukan.
Sebelum pergi Wak Katok melakukan ritual, hasilnya harimau itu adalah harimau
biasa bukan siluman, Wak Katok juga membuatkan masing-masing jimat untuk
mengamankan diri dari gangguan hewan buas.
Pak Balam terus berkata-kata tentang dosa, sehingga membuat Talib,Sanib, dan
sutan menjadi ingat akan dosa-dosanya. Mereka pun bergegas melanjutkan
perjalanan dengan memikul Pak Balam. Di tengah perjalanan Talib menjadi korban
harimau dan sebelum meninggal Talib masih sempat menceritakan dosa-dosanya.
Sanip pun ikut-ikutan mengakui dosanya yang dilakukan bersama Talib dan Sutan.
Hanya Buyung dan Pak Haji yang belum mau menceritakan dosa-dosanya.
Mereka yang masih selamat memutuskan untuk memburu harimau itu. Wak Katok,
Buyung dan Sanip pergi berburu sementara Pak Haji dan Sutan menunggu Pak
Balam. Tetapi Sutan tidak mau menunggu Pak Balam, pikiran Sutan kacau dan
memutuskan untuk ikut memburu harimau. Sutan pun menjadi korban berikutnya.
Keesokan harinya Pak Balam meninggal. Wak katok sebagai pemimpin mulai
diragukan karena sikapnya yang mulai aneh. Terjadi perselisihan antara Wak
Katok dan Buyung yang mengakibatan Pak Haji meninggal. Sebelum Pak Haji
meninggal ia menitip pesan kepada Buyung agar terlebih dulu membunuh harimau di
hatinya untuk menjadi manusia biasa. Buyung dan Sanip mulai tidak percaya
dengan semua omongan Wak Katok apalagi pada jimatnya. Buyung dan Sanip akhirnya
mengkikat Wak Katok yang ketakutan untuk menjadi umpan harimau. Mereka berhasil
setelah Buyung menembak tepat di kepala harimau.
Sebuah kesadaran baru tentang hidup dan manusia terasa
tumbuh dalam dirinya. Dia tahu benar kini, mereka esok akan pulang ke kampung
dan tahu, dia tak akan kembali memenuhi janjinya pada Siti Rubiyah. Apa yang
terjadi antara Siti Rubiyah dengan dia adalah sebagai air sungai yang telah
mengalir jauh di belakang -telah tertutup, telah habis - dia kini tahu bahwa
hidup manusia tak semudah yang disangkanya.
2. Biodata
Pengarang
Nama : Mochtar
Lubis
Tempat,
tanggal lahir : Padang,
Sumatera Barat, 07 Maret 1992
Wafat : Jakarta,
02 Juli 2004 (Umur 82 tahun)
-
Hasil
Karya
·
Tidak
ada esok (novel, 1951)
·
Si
jamal dan cerita – cerita lain (cerpen, 1950)
·
Harta
Karun (cerita anak, 1964)
·
Tanah
gersang (novel, 1966)
·
Senja
di Jakarta (novel, 1970)
·
Judar
bersaudara (cerita anak, 1971)
·
Penyamun
dalam rimba (cerita anak, 1972)
·
Harimau!
Harimau! (novel, 1975)
·
Berkelana
dalam rimba (cerita anak, 1980)
·
Kuli
kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
·
Bromocorah
(kumpulan cerpen, 1983)
-
Karya
Jurnalistik
·
Perlawatan
ke Amerika Serikat (tahun 1951)
·
Perkenalan
di Asia Tenggara (tahun 1951)
·
Catatan
korea (tahun 1951)
·
Indonesia
di mata dunia (tahun 1955)
3. Alur
Alur yang terkandung di dalam cerita novel Harimau! Harimau!
Adalah alur maju (Progresif). Pendapat ini beralasan karena cerita di dalam
novel ini menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa adanya unsur
kejadian masa lampau yang di ulas.
4. Tokoh
-
Tokoh
utama
·
Buyung
·
Pak
Haji Rakhmad
·
Pak
Balam
·
Sanip
·
Sutan
·
Siti
Rubiah
·
Talib
·
Wak
katok
·
Wak
hitam
-
Tokoh
sampingan
·
Zaitun
·
Wak
Hamadina (ayah Zaitun)
·
Ayah
·
Ibu
Buyung
5. Penokohan
1. Pak Haji Rakhmad
·
Realistis
·
Taat
pada tuhan
2. Wak katok : Seorang tua yang di anggap sebagai dukun dan pandai
silat
·
Pemaksa
·
Penipu
3. Wak hitam : Seorang tua yang tinggal menyepi dalam hutan belantara
dengan keempat orang isterinya
·
Suka
mengeluh
4. Siti Rubiah : Isteri muda Wak hitam
·
Suka
mengeluh’
5. Buyung : Pemuda pencari damar
·
Pemalas
·
Suka
menolong
·
Pandai
6. Sanip : Murid Wak katok
·
Jujur
·
Ingkar
Janji
·
Suka
mencuri
7. Pak Balam : Pencari damar
·
Jujur
8. Sutan : Murid Wak katok
·
Suka
menyindir
·
Penakut
·
Suka
mencuri
9. Talib : Murid Wak katok
·
Suka
mencuri
6. Latar
-
Latar
Tempat:
-
Di
hutan
-
Di
rumah Buyung
-
Di
kamar
-
Rumah
Wak Hitam
-
Di
pinggur sungai
-
Latar
Waktu:
1. Malam hari
2. Pagi hari
3. Petang
7. Sudut
pandang
Sudut pandang yang di pakai adalah sudut pandang orang
ketiga di karenakan dalam cerita pada novel tersebut mengacu pada tokoh – tokoh
cerita dengan menggunakan kata ganti (dia, ia) atau menyebut nama tokoh.
8. Pendekatan
didaktis
a. Nilai moral
Dalam novel ini judul ditulis dengan menggunaka tanda seru di antara dua kata Harimau ! Harimau !. Ini dimaksudkan bahwa harimau yang digambarkan dalam novel tersebut bukan harimau yang biasa kita tahu melainkan harimau yang memang disampaikan untuk menjadi istilah dari sifat seorang yang sama dengan sifat harimau. Pesan moral yang bisa diambil dalam novel ini adalah perkataan Pak Haji ketika hendak menghembus napas terakhirnya kepada Buyung dan Sanip.
b. Nilai
sosial
Nilai
sosial yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah memberi pertolongan
kepada orang yang sedang sakit. Karena dalam kutipan diungkapkan, Wak Katok dan
teman-temannya memberi pertolongan kepada Pak Balam yang terluka (membersihkan,
mengobati, dan membalutnya), meminumkan obat yang mereka buat sendiri.
c. Nilai agama
Nilai
agama yang terungkap pada noverl ini yaitu adalah menasehati orang-orang yang
telah berbuat kejahatan melakukan tobat dan minta ampun atas dosa-dosa meminta
ampun kepada Tuhan dengan cara bersujud selalu, mengakui kesalahan dan
dosa-dosa yang dilakukan berbicara dengan membuka mata dan memandang awan.
9.Amanat
-
Janganlah
sombong dengan apa yang kita miliki sekarang
-
Di dalam
kehidupan, kita harus selalu jujur
-
Dalam
menyelesaikan masalah harus dengan kepala dingin dan secara bersama – sama
-
Janganlah
berbuat curang
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar