Kamis, 20 November 2014

ANALISIS NOVEL



Analisis Novel Tahun 1975
HARIMAU! HARIMAU!
Nama Kelompok         :
1.      Siti Indrianti H (1A514357)
2.      Shafa Aisya (1A514182)
3.      Annette Jessica (11514343)
4.      Jolian M. Hadjoh (11514692)


 
Judul               : Harimau! Harimau!
Pengarang       : Mochtar Lubis
Penerbit           : Pustaka Jaya

1.      Sipnosis

Di sebuah hutan yang luas, Pak Haji, Wak Katok, Pak Balam dan yang muda-muda antara mereka bertujuh Sutan, Talib, Sanib serta Buyung. Wak Katok adalah orang yang disegani sebagai pemimpin  karena dipercaya jago silat dan memiliki ilmu gaib. Dengan rombongan tujuh orang, mereka merasa lebih aman dan lebih dapat membantu.
Mereka semua berkelakuan baik di kampungnya. Pak Haji di hormati orang di kampung, karena umur dan hajinya. Sementara Wak Katok selalu membawa senapan tua, itu untuk berburu atau menjaga diri dan Buyung bangga dengan kepandaiannya menembakkan senapan lantak. Buyung selalu berharap akan diberi ilmu untuk memikat wanita pujaannya, tetapi Wak Katok belum memberinya, padahal Buyung ingin gadis pujaanya segera menjadi miliknya yaitu Zaitun.
             Mereka beruntung, karena tidak berapa jauh dari hutan damar, ada sebuah pondok kepunyaan Wak Hitam. Di sinilah mereka selalu bermalam. Wak hitam lebih memilih tinggal di hutan bersama istrinya yaitu Siti Rubiyah, orangnya masih muda dan cantik. Wak Katok mengakui Wak Hitam sebagai gurunya. Sementara Sutan, Talib, Sanip dan Buyung  takut padanya. Tetapi mereka suka pada Siti Rubiyah.  Jika Buyung tidak tergila-gila pada Zaitun, maka dia akan mudah jatuh cinta padanya. Wak Hitam sering sakit-sakit dan lebih banyak tinggal di kamarnya saja. Ini menjadi kesempatan bagi Wak Katok  untuk mengganggu Siti Rubiyah.
            Para pencari damar itu sudah hampir dua minggu di hutan dan lusa mereka akan pulang dengan damar yang banyak, tetapi tidak semua damar mereka bawa pulang. sebagian  dititipkan pada Wak Hitam.  Suatu hari Buyung melihat Siti Rubiyah di sungai dan Buyung menghampirinya. Berawal dari pertemuan ini Buyung mulai merasa ada yang berbeda antara dia dan Siti Rubiyah lebih lagi ketika Siti Rubiyah menceritakan tentang ia yang dipaksa kawin serta pengalaman pahitnya selama menjadi istri Wak Katok.
Hari itu semua bangun subuh karena akan segera pulang ke kampung. Buyung merasa agak berat dalam hatinya. Dia teringat dan kasihan kepada Siti Rubiyah. Mereka berpamitan pulang. Setelah hampir setengah jam perjalanan Buyung memutuskan untuk kembali lagi ke ladang Wak Hitam untuk melihat jebakan kancilnya. Buyung berhasil mendapatkan anak kancil, kemudian ia pergi ke sungai untuk memberi minum kancil tersebut. tidak disangka ternyata Buyung bertemu dengan Siti Rubiyah. mereka mengobrol asyik dan kembali Siti Rubiyah menceritakan aksi biadab Wak Hitam kepadanya. Buyung yang tidak tega memeluk Siti Robiyah, tapi mereka terbawa nafsu yang mengakibatkan hubungan terlarang.Buyung pun menyusul teman-temannya dan kancil itu diberikannya kepada Siti Rubiyah. Setelah bertemu, mereka memutuskan untuk berburu rusa dan beruntung karena Buyung berhasil menembak seekor rusa jantan. Mereka mendengar auman harimau untuk pertama kalinya, ketika mereka telah tiba membawa rusa di tempat bermalam dan rusa telah digantungkan kepada sebuah cabang pohon yang kuat, dan Wak Katok baru saja selesai mengulitinya. Mereka semua takut dan terdiam, namun hanya sebentar karena tidak lagi mendenga auman harimau.
            Nasib Pak Balam kurang baik, ia diterkam harimau dan dibawa lari jauh ke dalam hutan. Pak Balam ditemukan dalam keadaan parah. Pak Balam meminta teman-temannya untuk jujur mengakui dosa-dosanya karena harimau itu dikirim Tuhan untuk menghukum. Kemudian Pak Balam menceritakan semua dosa-dosanya yang dilakukan bersama Wak katok sewaktu perang melawan Belanda. Wak Katok duduk dan air mukanya kaku. Buyung pun jadi teringat dosa yang baru saja ia lakukan. Sebelum pergi Wak Katok melakukan ritual, hasilnya harimau itu adalah harimau biasa bukan siluman, Wak Katok juga membuatkan masing-masing jimat untuk mengamankan diri dari gangguan hewan buas.
            Pak Balam terus berkata-kata tentang dosa, sehingga membuat Talib,Sanib, dan sutan menjadi ingat akan dosa-dosanya. Mereka pun bergegas melanjutkan perjalanan dengan memikul Pak Balam. Di tengah perjalanan Talib menjadi korban harimau dan sebelum meninggal Talib masih sempat menceritakan dosa-dosanya. Sanip pun ikut-ikutan mengakui dosanya yang dilakukan bersama Talib dan Sutan. Hanya Buyung dan Pak Haji yang belum mau menceritakan dosa-dosanya.
            Mereka yang masih selamat memutuskan untuk memburu harimau itu. Wak Katok, Buyung dan Sanip pergi berburu sementara Pak Haji dan Sutan  menunggu Pak Balam. Tetapi Sutan tidak mau menunggu Pak Balam, pikiran Sutan kacau dan memutuskan untuk ikut memburu harimau. Sutan pun menjadi korban berikutnya. Keesokan harinya Pak Balam meninggal. Wak katok sebagai pemimpin mulai diragukan karena sikapnya yang mulai aneh. Terjadi perselisihan antara Wak Katok dan Buyung yang mengakibatan Pak Haji meninggal. Sebelum Pak Haji meninggal ia menitip pesan kepada Buyung agar terlebih dulu membunuh harimau di hatinya untuk menjadi manusia biasa. Buyung dan Sanip mulai tidak percaya dengan semua omongan Wak Katok apalagi pada jimatnya. Buyung dan Sanip akhirnya mengkikat Wak Katok yang ketakutan untuk menjadi umpan harimau. Mereka berhasil setelah Buyung menembak tepat di kepala harimau.
Sebuah kesadaran baru tentang hidup dan manusia terasa tumbuh dalam dirinya. Dia tahu benar kini, mereka esok akan pulang ke kampung dan tahu, dia tak akan kembali memenuhi janjinya pada Siti Rubiyah. Apa yang terjadi antara Siti Rubiyah dengan dia adalah sebagai air sungai yang telah mengalir jauh di belakang -telah tertutup, telah habis - dia kini tahu bahwa hidup manusia tak semudah yang disangkanya.

2.      Biodata Pengarang
Nama                                       : Mochtar Lubis
Tempat, tanggal lahir              : Padang, Sumatera Barat, 07 Maret 1992
Wafat                                      : Jakarta, 02 Juli 2004 (Umur 82 tahun)
-          Hasil Karya
·         Tidak ada esok (novel, 1951)
·         Si jamal dan cerita – cerita lain (cerpen, 1950)
·         Harta Karun (cerita anak, 1964)
·         Tanah gersang (novel, 1966)
·         Senja di Jakarta (novel, 1970)
·         Judar bersaudara (cerita anak, 1971)
·         Penyamun dalam rimba (cerita anak, 1972)
·         Harimau! Harimau! (novel, 1975)
·         Berkelana dalam rimba (cerita anak, 1980)
·         Kuli kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
·         Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983)
-          Karya Jurnalistik
·         Perlawatan ke Amerika Serikat (tahun 1951)
·         Perkenalan di Asia Tenggara (tahun 1951)
·         Catatan korea (tahun 1951)
·         Indonesia di mata dunia (tahun 1955)

3.      Alur
Alur yang terkandung di dalam cerita novel Harimau! Harimau! Adalah alur maju (Progresif). Pendapat ini beralasan karena cerita di dalam novel ini menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa adanya unsur kejadian masa lampau yang di ulas.

4.      Tokoh
-          Tokoh utama
·         Buyung
·         Pak Haji Rakhmad
·         Pak Balam
·         Sanip
·         Sutan
·         Siti Rubiah
·         Talib
·         Wak katok
·         Wak hitam
-          Tokoh sampingan
·         Zaitun
·         Wak Hamadina (ayah Zaitun)
·         Ayah
·         Ibu Buyung

5.      Penokohan
1.      Pak Haji Rakhmad
·         Realistis
·         Taat pada tuhan
2.      Wak katok             : Seorang tua yang di anggap sebagai dukun dan pandai silat
·         Pemaksa
·         Penipu
3.      Wak hitam             : Seorang tua yang tinggal menyepi dalam hutan belantara dengan  keempat orang isterinya
·         Suka mengeluh
4.      Siti Rubiah            : Isteri muda Wak hitam
·         Suka mengeluh’
5.      Buyung                 : Pemuda pencari damar
·         Pemalas
·         Suka menolong
·         Pandai
6.      Sanip                     : Murid Wak katok
·         Jujur
·         Ingkar Janji
·         Suka mencuri
7.      Pak Balam             : Pencari damar
·         Jujur
8.      Sutan                     : Murid Wak katok
·         Suka menyindir
·         Penakut
·         Suka mencuri
9.      Talib                      : Murid Wak katok
·         Suka mencuri


6.      Latar

-          Latar Tempat:
-          Di hutan
-          Di rumah Buyung
-          Di kamar
-          Rumah Wak Hitam
-          Di pinggur sungai
-          Latar Waktu:
1.      Malam hari
2.      Pagi hari
3.      Petang

7.      Sudut pandang
Sudut pandang yang di pakai adalah sudut pandang orang ketiga di karenakan dalam cerita pada novel tersebut mengacu pada tokoh – tokoh cerita dengan menggunakan kata ganti (dia, ia) atau menyebut nama tokoh.

8.      Pendekatan didaktis
a.       Nilai moral

Dalam novel ini judul ditulis dengan menggunaka tanda seru di antara dua kata Harimau ! Harimau !. Ini dimaksudkan bahwa harimau yang digambarkan dalam novel tersebut bukan harimau yang biasa kita tahu melainkan harimau yang memang disampaikan untuk menjadi istilah dari sifat seorang yang sama dengan sifat harimau. Pesan moral yang bisa diambil dalam novel ini adalah perkataan Pak Haji ketika hendak menghembus napas terakhirnya kepada Buyung dan Sanip.






b.      Nilai sosial

Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah memberi pertolongan kepada orang yang sedang sakit. Karena dalam kutipan diungkapkan, Wak Katok dan teman-temannya memberi pertolongan kepada Pak Balam yang terluka (membersihkan, mengobati, dan membalutnya), meminumkan obat yang mereka buat sendiri.
c.       Nilai agama

Nilai agama yang terungkap pada noverl ini yaitu adalah menasehati orang-orang yang telah berbuat kejahatan melakukan tobat dan minta ampun atas dosa-dosa meminta ampun kepada Tuhan dengan cara bersujud selalu, mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan berbicara dengan membuka mata dan memandang awan.
9.Amanat

-          Janganlah sombong dengan apa yang kita miliki sekarang
-          Di dalam kehidupan, kita harus selalu jujur
-          Dalam menyelesaikan masalah harus dengan kepala dingin dan secara bersama – sama
-          Janganlah berbuat curang
SUMBER:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar