Minggu, 26 Oktober 2014

CERITA PENDEK (CERPEN)



Cinta Pertama Diakhiri Kematian
Buah Karya, Siti Indrianti Helwina

            Pertama masuk kuliah? Hampir semua mahasiswa dan mahasiswi mempunyai pengalaman pribadinya pada saat pertama menginjakan kakinya di sebuah kampus, apalagi kampus tersebut adalah kampus ternama di ibu kota.

            Jatuh cinta pada saat pertama menginjakan di bangku kuliah, itulah pengalaman Aldo. Aldo berpapasan muka dengan seorang gadis yang teramat menawan, dia merasakan jatuh cinta pada pandangan yang pertama pada gadis tersebut. Dia pun berniat untuk mencari tahu tentang gadis tersebut. Di dalam pikirannya sekarang hanyalah “siapa dia? Siapa dia? Dan siapa dia?..”

            Aldo berjalan menuju ruang kelasnya. Di kampus tersebut dia mengambil jurusan Sutradara/film. Memasuki kelas dan mencari tempat duduk yang kosong, tidak di sangka ternyata dia bertemu lagi dengan teman satu angkatannya di SMA yaitu Rafelo yang biasa dipanggil dengan sebutan Rafel. Aldo merasa lega dengan ada teman seperjuangan di dalam kelas tersebut. Tidak sungkan-sungkan dia pun langsung menanyakan tentang perempuan yang tadi di lihatnya pada saat perjalanan kepada Rafel.
“eh.. lo tau nggak? Cewek yang kulitnya lumayan putih dan tinggi gitu.. lo tau nggak dia itu siapa?” Tanya Aldo dengan muka penasaran.
“ohh dia, tadi gue juga ketemu sama dia.. tadi sih gue denger temenya ada yang manggil nama dia.. kalo nggak salah sih namanya Sitha deh!!” jelas Rafel kepada Aldo.
“awas lo yee.. sampe salah kasih info ke gue, jangan sampe bikin malu gue sob.. biasa coy, mau kenalan nih gue” Aldo dengan nada celotehnya.
“udah.. kalo mau kenalan mah kenalan aja sana sih do, info gue sih kayaknya bener”
“gue suka gaya lo sob, makasih broh!!” Aldo dengan begitu senangnya.

            Kebesokan harinya, Aldo begitu semangat berangkat kuliah. Bukan hanya semangat untuk belajar dia pun semangat untuk segera berkenalan langsung dengan gadis yang bernama Sitha tersebut.

            Aldo sampai di kampus lebih awal dari biasanya, karena ia ingin mencoba saran dari Rafel untuk berkenalan langsung dengan Sitha. Saat yang di tunggu-tunggu pun tiba, akhirnya Aldo bertemu dengan Sitha di taman kampus tersebut. Aldo menyamperi Sitha yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku di bangku taman tersebut. Tanpa basa-basi dia pun langsung meminta berkenalan dengan Sitha pada saat itu.
“gue Aldo anak film disini, lo Sitha kan?” sambil menjulurkan tangannya.
“iya gue Sitha! Kok lo bisa tau nama gue? Dari siapa?” dengan penuh heran.

            Aldo dan Sitha berbincang-bincang di bangku taman kampus tersebut. Aldo di masa SMA nya tidak pernah canggung dalam hal percintaan, soal merayu.. berkenalan memang dialah jagonya. Segala hal yang ingin di ketahuinya dari Sitha pun sudah di dapatnya, dari dimana dia tinggal sampai-sampai mendapatkan keakraban yang menuju kepada arah pendekatan yang akan lebih jauh menuju hubungan yang dituju.

            Pada saat berbincang-bincang Sitha mengingatkan bahwa Aldo ada jam kuliah pada saat itu. Perjumpaan pertama mereka pun berakhir karena adanya jam kuliah. Perbincangan tersebut memang sangatlah singkat, tetapi Aldo sudah mendapatkan info yang ingin di ketahuinya, memang tidak salah kalau pada masa SMA nya di sebut dengan sebutan Raja Cinta.

            Dimalam hari, Sitha dan Aldo saling memikirkan kejadian perkenalan singkat tadi. Sitha pun merasa aneh dengan dirinya sendiri “Mengapa gue bisa kepikiran hal tadi? Apakah ini yang di namakan jatuh cinta?” bertanya-tanya di dalam hati. Sitha belum pernah merasakan yang di namakan PACARAN. Selama ini dia selalu menghalaukan hal yang di namakan CINTA di dalam dirinya. Akhirnya dia pun menghalal yang hal yang di namakan CINTA tersebut. Dia pun meyakini´ perasaannya tersebut bahwa dia bena-benar merasakan jatuh cinta kepada Aldo.

            Pada saat Sitha mengkhayal kejadian perkenalan tadi di kampus dengan Aldo, dia tidak sadar bahwa sahabat-sahabatnya datang dan langsung menyamperi Sitha yang sedang duduk sambil tersenyum-senyum manis sendiri itu. Sahabat nya tersebut bernama Jany dan Ria/Rio, mengapa dia mempunyai dua nama, karena nama tersebut adalah nama malam dan nama siang alias banci (wanita jadi-jadian). Jany dan Ria/Rio mengganggu Sitha pada saat sedang asyik mengkhayal.
“kayaknya male mini ada yang lagi berbunga-bunga nih, sampe-sampe orang yang punya rumah nggak tau kalo kita dating” ucap Jany sambil tersenyum.
“eh lo berdua.. kapan dating? Kok gue nggak tau sih?” jawab Sitha dengan penuh heran.
“udah daritadi ciinnn.. emang yu kenapose? Lagi suka sama siapose sih cinn? Sampe kita berdua dating yey nggak tau.. eke jadi penasaran begindang dehh!!” balas Ria/Rio dengan nada ciri khas bancinya.

            Sitha mencoba menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tersebut tentang kejadian perkenalan singkatnya dengan pria yang bernama Aldo. Sitha menjelaskan dengan penuh semangat dan gembira, karena inilah cinta pertamanya. Pada saat bercerita Jany dan Ria/Rio memotong cerita Sitha dan memintanya untuk memberi tahu siapa itu pria yang bernama Aldo pada esok hari.

            Seperti biasa Sitha bersama sahabat-sahabatnya selalu berada di kantin pada saat tidak ada mata kuliah. Pada saat Sitha dan sahabat-sahabatnya di kantin, Aldo datang ke kantin dan melihat Sitha yang berada di kantin juga. Aldo menuju meja yang di dudukin oleh Sitha dan teman-temannya. Keinginan Jany dan Ria/Rio tidak perlu repot-repot mencari tahu siapa itu Aldo, karena tanpa di cari pun dia sudah datang sendiri.

            Aldo mencoba duduk di sebelah Sitha dan meminta izin kepada teman-temannya untuk bergabung. Pada saat Aldo sedang Asyik berbincang-bincang Rafel seketika lewat dengan tanpa di sengaja. Aldo pun langsung memanggilnya dan mencoba untuk menyuruh Rafel agar gabung bersama mereka. Rafel duduk di samping Aldo pada saat itu, seketika Rafel langsung bertanya kepada Aldo mengapa dia bisa bersama perempuan-perempuan tersebut. Aldo mencoba menjelaskan kepada Rafel bahwa perempuan yang berada di samping Aldo adalah orang yang bernama Sitha yang sedang di idamankan oleh Aldo. Aldo memperkenalkan Rafel kepada Sitha dan teman-temannya dengan gaya bicara yang mencirikhas.

            Sepulang kuliah, Aldo menemui Sitha yang sedang berjalan mengarah untuk pulang kerumah. Lalu, dia  bertanya kepada Sitha
“Sit entar malem lo ada acara nggak?” bertanya dengan penuh harapan.
“Acara? Hem.. kayaknya sih nggak ada deh do, kenapa emangnya?” menjawab dengan santai.
“gapapa sih sebenernya, hem.. entar malem mau temenin gue ke suatu tempat nggak sit?” tanyanya kepada Sitha.
“bisa aja sih gue do.. emangnya mau kemana?” balas Sitha kepada Aldo,
“udah pokoknya lo ikut aja, dan entar malem tepat pukul 19:00 gue jemput kerumah lo ya Sit..” ujarnya kepada Sitha.
“iya sip.. di tunggu ya do, kabarin gue lagi nanti..” jelasnya kepada Aldo.

            Mereka berdua pulang kerumah masing-masing dan bersiap-siap untuk pergi nanti malam. Sitha sangatlah gembira, sampai-sampai ia berbicara sendiri di depan cermin kamarnya “gue di ajak pergi sama Aldo? Sumpah ini keajaiban yang tak terduga.. makasih tuhan!” perkataannya di depan cermin dengan senyuman semeringahnya.

            Tepat pukul 19:00 Aldo pun mengabari bahwa ia telah ada di depan rumahnya. Sitha pun segera menghampiri Aldo dan siap untuk pergi bersamanya. Pada saat di perjalanan, mereka sangat menikmati keindahan ibu kota pada malam hari. “Memang menabjukkan ibu kota pada malam hari” Ujar Sitha di dalam hati.

            Mereka akhirnya pun sampai di tempat tujuan yang sudah di persiapkan Aldo untuk Sitha. Aldo segera menarik tangan Sitha dan mengajaknya menuju ke tepi pantai. Aldo adalah tipe orang yang tidak suka bertele-tele dalam melakukan hal apapun. Aldo pun memulai pembicaraan dengan Sitha.
“keindahan kota ini memang sangat menabjukan ya Sit..” ujarnya pada Sitha.
“bukan indah lagi, gue paling suka banget pemandangan ibu kota pada saat malam hari.. itu bener-bener membuat nyaman di hati..”
“sebenernya lo tau nggak sih kenapa gue ajak lo untuk kesini Sit?” Tanya nya kepada Sitha.
“pastinya nggak lah do, gue aja kaget tiba-tiba lo ngajak gue kesini”
“gue disini hanya ingin bilang. Gue kagum sama lo Sit, gue jatuh cinta sama lo sejak pertama bertemu.. awal memang gue nggak percaya kalo gue bisa secepet ini jatuh cinta sama orang. Tapi apa daya, kalo kenyataan sudah menjawab semuanya. Sit? Apakah lo mau membuat gue sebagai pria yang paling beruntung milikin lo?” Jelasnya dengan begitu gugup.
“asal kamu tau do, kamulah cinta pertamaku didalam hidup ini..”



“Jadi jawabannya? Di terima nih?” Tanya nya dengan penuh senyum semeringah kepada Sitha.
“sudah jelas lah do jawabannya, iya do.. Sitha ingin merasakan bahagia bersama Aldo”
Sangkin senangnya Aldo langsung memeluk Sitha dengan begitu erat. Aldo merasa menjadi pria yang sangat beruntung pada saat itu.

            Keesokan harinya, Sitha menceritakan kabar bahagia ini kepada sahabat-sababatnya. Tanpa di sadari pada saat Sitha sedang asyik bercerita kepada sahabat-sahabatnya di dengar oleh seseorang yang tidak diinginkan untuk mendengarkan semuanya. Cerita Sitha di dengar oleh Tika yaitu perempuan yang ternyata sangat-sangat mengaggumi Aldo sejak masih duduk di bangku SMA. Tika sangat murka mendengar bahwa Aldo dan Sitha baru menjadi sepasang kekasih. Ia sangat kesal karena ia merasa cintanya belum terbalas oleh Aldo sejak lama.

            Tika pun meluapkan kekesalannya kepada teman-temannya dan menceritakan semua perkataan Sitha yang di dengarnya tadi. Tika mempunyai dua teman yang pertama bernama Ghina dan yang kedua bernama Liyana. Ghina dan Liyana merasa tidak senang jika Tika diusik ketenangannya oleh Sitha. Liyana pu memberi ide rencana licik kepada Tika,
“Nah!! Gue punya cara yang cemerlang, supaya lo bisa ngerebut Aldo dari Sitha..” Ujar Liyana.
“apa caranya Li? Udah to the point aja sih!” tika dengan penuh penasaran.
“gini caranya.. lo kan belom saling kenal kan sama si Sitha kampong itu. Udah.. lo belaga sok baik aja depan dia, lo pura-pura pengen jadi temen deketnya.. inget broh selogan kita? Dekati musuhmu lebih dekat dari temanmu agar kita tau kelemahannya.. gimana ide gue? Cemerlang kan?” jelas Liyana kepada Tika,
“Nah.. ide bagus tuh. Udah Tik gausah kelamaan mikir, lakuin aja.. gue yakin rencana ini pasti mulus..” cetus Ghina seketika.
“Okay.. gue akan lakuin rencana dari temen-temen gue yang sangat jenius ini” Ujar Tika sambil tertawa licik.

            Pagi hari di kampus, Tika mulai melaksanakan rencana yang sudah di rencanakan olehnya bersama teman-teman seperjuangannya dan berharap rencana tersebut berjalan dengan mulus dan berhasil maksimal. Tika menghampiri Sitha yang sedang duduk di koridor kampus,
“Hey lo Sitha kan? Kenalin gue Tika, gue juga anak tatarias loh dan kita juga 1 ruang kelas pastinya..” sapanya kepada Sitha dengan manis.
“ohh.. hey, iya gue Sitha anak tatarias juga. Ada apa yaa Tika?” tanyanya pada Tika.
“Oh nggak apa apa, cuman ingin kenal aja kan kita sekelas siapa tau aja kita bisa deket Tha..” ujarnya menjawab pertanyaan Sitha,
“ohh gitu.. ehmm.. kayaknya udah mau masuk jam deh tuh, kita masuk yuk” ajakannya kepada Tika.
“iya kayaknya yah.. yaudah deh yuk masuk.. (berhenti di depan pintu kelas sambil tertawa licik) akhirnya rencana pertama pun berhasil, dasar cewek bodoh mudah di tipu..” Tika dengan begitu bahagia.

            Rencana Tika pun berjalan dengan lancar pada saat itu. Semakin hari dan semakin lama  Sitha dan Tika pun mulai sangat akrab. Tika semakin senang saja, karena rencana pertamanya berjalan dengan begitu lancar. Tika selalu memceritakan perkembangan hubungannya dengan Sitha yang semakin lama semakin akrab kepada teman-teman dekatnya. Lalu, temannya yang bernama Liyana memberi arah dan rencana apa saja yang akan di lakukan nanti oleh Tika.

            Tika mulai melaksanakan rencana selanjutnya. Sebelumnya ia merasa ragu dengan rencana ini, namun teman-temannya memaksa agar ia untuk melakukannya dan harus optimis akan rencana ini. Didalam ruang kelas, Tika mulai berbasa-basi dengan Sitha. Dosen yang sangat tidak di harapkan oleh Tika pun datang. Pada saat pembelajaran berlangsung Tika mendapatkan teguran dari dosen tersebut karena dosen tersebut merasa di lecehkan oleh Tika pada saat pembelajaran berlangsung.
“hey kamu.. kamu Tika kan. Kamu kemana saja tidak pernah masuk jam kuliah?! Udah jarang masuk, dari tadi ngerumpi aja kerjaannya..” tegur dosen terhadap Tika di ruang kelas.
“iya bu saya Tika. Yaa.. map bu saya ada urusan kemaren-kemaren dan map juga kalo saya mengganggu” ujarnya kepada dosen tersebut.
Tika selalu terkena ocehan oleh Dosen yang bernama Nania ini. Dosen Nania adalah dosen yang super duper galak, tidak ada satu pun mahasiswa dan mahasiswi yang dapat melawannya.

            Pada saat dosen Nania sudah menyelesaikan ocehannya kepada Tika dia membalikkan badannya dan melanjutkan mengajar. Ketika dosen Nania membalikkan tubuhnya Tika langsung berperilaku mengejek dosen Nania karena sangkin kesalnya, tanpa disangka olehnya tiba-tiba dosen Nania membalikkan badannya kembali.
“Hey kamu ngapain? Mau ngeledek saya iya Tika?!” dengan nada yang begitu keras.
“e.. e.. ti.. ti.. tidak bu saya hanya pe.. pemanasan aja sebelum belajar” ujar Tika dengan nada gugup dan menyindir.

            Sepulang jam kampus Tika dan Sitha bertemu dan saling berbincang satu sama lain. Dalam hal ini Tika berusaha untuk bisa diperkenalka kepada Aldo secara langsung. Omongan Tika memang tidak bisa di tandingi oleh siapa pun, dia bagaikan pengacara yang sedang membela seseorang yang sedang mempunyai perkara di persidangan. Siapa pun yang berbicara olehnya bagaikan tersihir oleh semua omongan nya, tidak ada yang satu pun yang tidak percaya akan omongannya. Sitha akhirnya terhanyut akan suasana. Tidak usah di pertanyakan lagi, Tika pun berhasil akan rencananya ini. Sitha pun ingin memperkenalkan Aldo kepada Tika pada hari yang akan datang.

            Seminggu telah berlalu, Sitha mengajak Tika untuk di kenalkan kepada Aldo seperti apa yang sudah di janjikannya kepada Tika waktu itu.

            Taman menteng, itulah tempat dimana Sitha, Tika dan Aldo sudah berjanji ingin bertemu satu sama lain. Aldo pun melihat Tika, sekejap matanya langsung berbinar seperti ada perasaan saat melihat Tika pada saat itu. Aldo melihat Tika dengan memakai perasaan. Laki-laki memang dimana-mana semua sama, “kucing kalau di kasih ikan walaupun sudah kenyang pasti ingin memakannya juga, layak seperti laki-laki”  memang semua laki-laki seperti ini.. tetapi kebanyakan laki-laki bersifat layak kucing yang sedang tergiur akan ikan segar.

            Pada saat Tika di kenalkan oleh Sitha kepada Aldo, Aldo salah tingkah saat di tatap tajam oleh Tika. Ketika Tika menjulurkan tangannya, tanpa tersadari oleh Aldo.. ia terdiam tanpa kata sedikitpun yang keluar layak seperti Vampire yang sedang melihat darah segar. Perkenalan itu membuat Aldo bimbang dengan perasaannya sendiri.

            Aldo, siapa yang tak mengenalnya? Ia adalah seorang bintang pada saat SMA maupun di Kuliah. Hampir semua wanita menyukainya. Ketampanan, kekayaan, bakat, ramah dan rendah hati.. semua ini sudah di milikinya. Pria ini hampir di sebut “PERFECT’’  bagi setiap wanita yang baru melihatnya. Kekurangnya hanya satu ”PLAYBOY” sebutan ini sudah tak asing lagi di dengar oleh telinga para wanita yang mengenalnya.
            Aldo pun semalaman memikirkan pertemuannya dengan Tika. Aldo pun merasa kan hal yang aneh pada perasaannya. “dag.. dig.. dug.. dag.. dig.. dug..” detak jantung yang terdengar begitu keras saat dia memikirkan Tika. Aldo merasa mempunyai perasaan benih-benih cinta muncul yang begitu cepat kepada sosok Tika yang manis rupawan. Dia sama sekali tidak memikirkan hubungannya dengan Sitha yang sedang terjalin, yang berada di pikirannya saat ini hanyalah Tika seorang taka da yang lain.

            Tika, gadis yang teramat manis rupawan, berkulit kuning langsat, berrambut gelombang dan mempunyai mata yang sangat indah.. siapa pria yang tak tergiur untuk memilikinya? Pasti hanya pria penyuka sesama jenis yang tak menyukai rupanya. Di masa SMA, sudah tidak bisa terhitung dengan jari yang menyukainya.. tetapi, sayang sekali dia adalah tipe orang yang sangat pemilih dalam mencari pasangan. Sudah banyak pria tampan yang menyatakan cinta kepadanya, hampir semua di tolak mentah-mentah olehnya, hanya Aldo lah pria idamannya sampai saat ini.

            Beberapa minggu kemudian tanpa sepengetahuan Sitha, Aldo dan Tika membuat janji ingin bertemu hanya berdua saja. Kalau kata anak jaman sekarang “JALAN BARENG”. Pada saat di perjalanan meraka berbincang-bincang dengan begitu bahagianya.
“Do Sitha tau nggak kalo kita jalan?” Tanya Tika kepada Aldo.
“Ngapain sih lo masih mikirin dia? Gua aja males mikirinnya. Udah yang penting kita happy happy aja sekarang. Udah gausah di pikirin soal dia, gausahlah di peduliin Tik” dengan begitu ringannya Aldo menjawab seperti ini kepada tika. Memang benar kata-kata ini “HABIS MANIS SEPAH DI BUANG” semua pepatah memang benar adanya.

            Semakin lama mereka berdua semakin dekat dan semakin dekat saja. Rasa cinta Aldo kepada Tika pun semakin mendalam  dan apa yang diharapkan oleh Tika selama ini akhirnya hadir dengan begitu cepat, yaitu Aldo menyatakan rasa cintanya kepada Tika. Tanpa ada rasa ragu lagi, Tika langsung menerima dan bersedia menjadi orang ketiga dalam hubungan Aldo dan Sitha yang masih terjalin dan mereka berdua menjalin hubungan di belakang Sitha. Kalau kata anak jaman sekarang sih “TMT (Temen Makan Temen) ya.. itulah Tika.

           

1 bulan telah berlalu begitu saja, Aldo dan Tika masih mempunyai hubungan yang special di belakang Sitha. Sebenarnya, Aldo pun merasa sedikit bersalah kepada Sitha akan hubungan yang di jalinnya dengan Tika selama ini. Baru kali ini ia mendua dalam suatu hubungan. Aldo pun menjadi tidak konsen dalam menjalani hal apapun. Dia menjadi tidak konsen dalam mengerjakan apapun, sampai-sampai group band yang dimilikinya menjadi kacau balau karena sikapnya tersebut.

Akhirnya Tika bisa merebut Aldo dari Sitha walaupun tidak seutuhnya. Tika merasa berhasil akan rencana yang dijalaninya walaupun tidak mencapai angka 100%. Tika pun merasa menang dengan hal ini. Kelicikkan dan pendendam itulah sifat buruk dari seorang Tika, “BAGUS COVERNYA BELUM TENTU DALAMNYA”  pepatah ini memang sangat cocok dengan Tika.

Lama-kelamaan Sitha pun mulai curiga terhadap sikapnya Aldo dan Tika yang berubah 180o kepadanya akhir-akhir ini. Kecurigaan ini dianggap sebagai teka-teki olehnya. Sitha tidak tinggal diam begitu saja, Sitha pun mulai menyelidiki apa yang terjadi atas perubahan ini dan dia mempunyai rencana sendiri untuk menyelidiki semuanya.

Setelah Sitha mencari tahu apa yang terjadi sampai berbulan-bulan, akhirnya Sitha pun mengetahui bahwa Aldo dan Tika menjalin hubungan spesial di belakangnya. Ia merasa di tipu akan kebusukan mereka berdua. Akhirnya, dia pun merencanakan sesuatu untuk membuat mereka berdua sakit hati. Sitha pun ingin mereka juga ikut merasakan bagaimana rasanya berada di posisinya saat ini.

Sitha pun mulai melaksanakan rencananya seorang diri. Tetapi sangat di sayangkan rencananya gagal yang tadinya ingin membuat mereka merasakan sakit hati, semua rencananya malah  berbalik kepadanya. Sitha merasakan sakit hati yang begitu mendalam. Sitha memergoki Aldo sedang memberi cincin dan Aldo menaruh ciumannya tepat di bibir Tika dengan begitu mesra. Sitha pun langsung menyamperi mereka.
“oh ternyata ini yang lo lakuin di belakang gue? Iya!! Sumpah bener-bener nggak nyangka gue sama kalian berdua sampe bisa setega ini sama gue. Gila parah ya.. lo berdua!” ujar Sitha dengan begitu kesalnya.
“Sitha sayang, dengerin alesan aku dulu! Ini semua nggak seperti yang kamu pikirin kok sayang..” Aldo ingin meleraikan suasana.
“Aku, kamu? Sayang? Gue sama sekali nggak butuh itu semua apalagi denger semua alasana dari mulut pengkhianat seperti lo. Mana janji lo sama gue Do? Nggak akan pernah selingkuhlah.. selalu sayang sama gue lah.. kemana janji lo itu? Apa itu hanya sebagai hiasan untuk di pajang Do?! Emang ya cowok di dunia ini sama, brengsek semua.. gue benci banget sama lo.. banget.. banget.. banget!!” jelas Sitha dengan air mata yang selalu menetes.
“Tha dengerin gue dulu.” Tika ingin mencoba menjelaskan.
“Alahhh.. nggak ada alasan, semua udah jelaskan bahwa kalian berdua penipu ulung. Ini yang namanya temen Tik? Ngerebut pacar temennya. Itu kan tujuan lo temenan sama gue selama ini Tik?!” Sitha dengan begitu emosi.
“Okay.. kalo itu mau lo. Emang semua itu bener adanya Tha, gue mau jadi temen lo cuman karena tujuan gue yaitu ngerebut Aldo pacar kebanggaan lo ini. Asal lo tau ya Tha, sebelum lo suka sama Aldo gue udah suka duluan sama Aldo. Ngerti lo?! Sekarang gimana? Puas dengan semua jawaban gue, puas? Dan gue rasa lo sangat puas dengan jawaban ini. Sama seperti gue yang sangat puas ngehancurin hubungan lo dengan si cowok keparat ini..” jelas Tika dengan begitu lantang.
“Lo bener-bener keterlaluan Tik, perilaku lo udah kelewatan batas Tik.. udah nggak waras lo!” Balas Sitha dengan teramat sedih.
“Siapa yang nggak waras? Gue? Iya emang! Iya gue nggak waras itu juga semua karena lo Tha.. karena ELO.. ngerti? Siapa suruh lo ngerebut Aldo dari gue, hah? Sekarang gue bener-bener puas bisa hancurin hubungan lo..” jelas Tika dengan tertawa licik sendiri.

            Sitha pun pergi ke atas gedung di sekitar tempat itu berada. Dia menyesali yang sudah terjadi. Dia sudah sangat frustasi menghadapi ini semua. Sitha pun akhirnya sampai di lantai paling atas gedung tersebut. Ia berteriak-teriak sendiri layak orang frustasi akut.
“gue nyesel bisa kenal sama lo.. gue memang sayang dan cinta sama lo, tapi nggak gini caranya Do.. gue nyesel.. gue nyesel bisa kenal sama lo, kenapa harus dia? Kenapa? Gue nyesel do… aaaaaaaaaaaaa……” berteriak-teriak sendiri.

            Aldo sebenarnya membuntuti Sitha sampai ke lantai atas gedung tersebut, tetapi di sana Aldo hanya terdiam dan melihat dari kejauhan. Dia sama sekali tidak berani mendekat karena merasa sangat bersalah kepada Sitha.

Tidak di sangka oleh Aldo, tanpa berpikir panjang lagi.. Sitha loncat dari gedung tersebut dengan mengatakan “terima kasih lo udah ngisi hari-hari gue, semoga menjadi kengan terindah.. AKU SANGAT MENCINTAIMU ALDO” seketika Sitha meloncat. Aldo hanya bisa teriak memanggil namanya dengan begitu keras.

            Aldo pun lekas turun dengan begitu cepat dari gedung tersebut. Tetapi sangat disayangkan,  yang di temukannya hanyalah jasat Sitha yang sudah tidak bernyawa lagi dan dilumuri oleh darah yang keluar dari kepala belakangnya. Aldo menangis sangat tersedu-sedu dan terus memanggil-manggil nama Sitha.

            Tika menyamperi Aldo yang sedang menyesali akan kematian Sitha. Aldo melihat kea rah Tika yang sedang melihat bahagia atas penderitaannya, tidak sungkan-sungkan Aldo pun langsung menampar Tika dengan begitu keras.
“Pergi lo dari sini.. pergi!! Pergi lo dari hidup gue untuk selamanya, pergi!!” ujar Aldo dengan penuh emosi kepada Tika.
“Okay.. gue akan pergi, tapi inget satu hal ya do.. orang yang bisa berselingkuh dan nggak mau mengakui perbuatannya itu adalah orang yang lebih dari kata BODOH!” jelas Tika kepada Aldo.

            Setiap detik.. setiap menit.. setiap jam.. setiap hari.. Aldo tidak pernah lepas memanggil nama Sitha dan dia menjadi Gila akan perbuatannya sendiri.

SELESAI.

Kamis, 23 Oktober 2014

CERITA PENDEK (CERPEN)



Nama   : Siti Indrianti H
Kelas   : 1PA05
NPM   : 1A514357
'Manusia dan penderitaan'
MEREKA PUNYA ALASAN
Buah Karya, Siti Indrianti Helwina

            Namaku Bunga, kisah ini bukan tentang keluarga saya dan juga bukan orang lain di luar sana. Tetapi, kisah ini mengisahkan tentang diri saya sendiri.
            Banyak pengalaman pahit yang saya rasakan didalam hidup saya. Memang tak semuanya pahit, tetapi semua keindahan tertutup dengan kepahitan yang di hasilkan oleh mulut – mulut serigala yang tersebar di dunia ini.
            Penghinaan? Pembullyan? Penghujatan? Sudah saya rasakan. Pasti banyak orang lemah di luar sana yang bernasip sama seperti saya, mereka hanya bisa membisu dan mereka hanya bisa menjadi pendengar suara - suara yang di miliki oleh mulut – mulut serigala tersebut.
            Hari pertama masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya merasa teramat senang karena akan datangnya teman – teman baru, akan datangnya kisah – kisah baru dan juga pelajaran baru. Hari pertama tidak terlalu buruk untuk saya.
            Satu minggu telah berlalu dan hari ini tepat hari ke delapan saya berada di sekolah ini. Berpikir akan lancar bagaikan air yang mengalir, pikiran ini langsung hilang begitu saja. Ada satu kelompok siswa yang hobby berkomentar, hampir semua hal mereka komentari dan tidak berpikir sama sekali bagaimana kedepannya nanti. Mereka secara tidak langsung membully saya dengan komentar mereka yang menilai fisik saya.
“eh punya rambut kok ngembang banget kayak adonan kue, ngerti gak sih kalo rambut lo itu ngalangin jalan gue” salah satu dari mereka berkata.
Ingin menangis rasanya mendengar perkataan itu. Dia berkata bagaikan memiliki tubuh yang sangat sempurna.
            Setelah pulang sekolah saya pun langsung memohon kepada orang tua saya agar membantu dalam masalah ini. Akhirnya saya pergi ke salon dengan bertujuan ingin meluruskan rambut saya yang kata mereka bahwa rambut saya sangat ngembang.
            Kebesokkan harinya, saya datang kesekolah dengan rambut yang sudah lurus. Saya pun mengira masalah ini akan selesai. Tidak di sangka mereka berkomentar lagi kepada saya.
“idih geli, sok begaya lo.. rambut pake di lurusin. Mau di bilang apa sih? Cantik? Hahaha gak pantes lo di gituin” salah satu dari mereka berkata.
Saya hanya bisa terdiam, berusaha memaafkan perkataan mereka dan berharap mereka mendapat balasannya.
            Lima tahun telah berlalu, saya bisa melupakan semua masalah yang pernah menimpa. Akhirnya saya bisa bernapas dengan lega dan jiwa saya pun tenang karena tidak ada yang di namakan “Pembullyan”. Pemikiran ini salah besar, yang di namakan “Pembullyan” ini belum berakhir.
            Tepat kelas 3 SMA, saya mencoba untuk memakai kerudung dan ingin menutupi aurat saya yang selama ini terbuka. Saya berpikir ini adalah jalan terbaik yang di berikan Tuhan oleh saya.
Dulu saya seorang dancer dan saya juga pemimpin dari group dance tersebut. Berpikir untuk memakai kerudung pun sama sekali tidak terlintas dalam benak saya. Akhirnya suatu hidayah Tuhan di berikan kepada saya melalui orang lain, dan saya memutuskan untuk memakai kerudung.
Hari pertama kelas 3 SMA dan juga hari pertama bagi saya untuk memakai kerudung di depan public. Saya pun berpikir hal ini pasti akan ada suatu halangan yang menghadang. Ternyata pikiran saya pun tidak meleset sama sekali, pembullyan pun terjadi lagi setelah sekian lama tidak terulang kembali. Ketika saya melewati koridor sekolah, semua orang yang sedang duduk asyik menggujingkan saya. Sempat ada seseorang yang berteriak dan berpendapat yang menyakitkan hati saya.
“Wehh.. sexy dancer bisa tobat juga ternyata” seorang laki – laki yang berada di koridor.
“Kerdus tuhh kerdus..” seorang perempuan yang berada di koridor juga.
Saya hanya bisa menahan nangis dan berharap ada yang membela saya pada saat itu.
            Berpikir masalah ini hanya beberapa hari, ternyata masalah ini berlangsung lama. Sampai menjelang Ujian Nasional pun mereka para mulut – mulut serigala masih memperbincangkan saya dan kerudung saya ini. Saya merasa hidup seorang diri di dunia ini. Jika ada yang membela saya pun, itu hanya sebuah topeng belaka saja.. mereka pun tetap membicarakan saya di belakang.
            Dan akhirnya saya tidak kuat akan hal ini dan tidak mau sama sekali hal ini terulang kembali pada saya. Saya memutuskan untuk melepas kerudung saya dan kembali kekehidupan lama saya.
            Semua orang berbeda – beda. Ada yang bermental kuat seperti baja, ada yang bermental lemah bagaikan kapas yang terhempas, ada yang emosional, ada yang pendiam dan masih banyak lagi sifat – sifat yang di miliki manusia di muka bumi ini.
            Jangan lah menilai orang dari keadaan fisik mereka, karena belum tentu kita lebih dari mereka. Jangan meremehkan orang lain, karena belum tentu kita bisa melakukan apa yang mereka lakukan. Hidup di dunia bagaikan sebuah roda yang berputar, terkadang kita merasakan di atas dan terkadang kita juga merasakan berada di bawah. Semua tindakan pasti mempunyai alasan, sebab dan akibat. Hargailah pendapat orang lain, hargailah keberadaan orang lain dan terimalah mereka para manusia lemah karena mereka sama seperti kita yaitu hanyalah manusia biasa. Orang – orang pemilik mulut serigala? Atau orang – orang yang selalu tertindas? Apakah mereka sempurna? Tentu tidak, karena tiada yang sempurna di muka bumi ini dan kesempurnaan hanya milik sang pencipta.
                                                             
Selesai.